Minggu, 30 Juli 2017

TTC dan Kenapa Memutuskan untuk Laparoscopy (LO)

Hi, Assalamualaikum Mak-mak Strong…

Pada post kali ini saya akan menceritakan Operasi/ Bedah laparoskopi (LO) yang pernah saya jalani pada January 2016 yang lalu. It’s gonna be a long post. Here we go again. 
 

Mukadimah:
Jadi, sebetulnya dalam hal promil ini saya sudah berkali-kali ganti Dokter dan Rumah Sakit. Tapi karena Program Hamil saya timbul tenggelam semangatnya (plisss jangan dicontoh ya Mak), jadi untuk saat ini, saya kasih rangkumannya dulu yah:

1. Tahun 2012: 
Konsul di Hermina Bekasi, disana saya tes darah lengkap dan Histerosalpingografi (HSG), dan hasilnya adalah Hormon Prolaktin saya tinggi 36.09, Tuba Kanan saya Non Paten.

2. Tahun 2013 - 2014:  
Saya pindah konsul ke RSPI dg Dr. Soemanadi, SpOG. Berbekal hasil tes sebelumnya dari Hermina dan USG Transvaginal dari Beliau saat itu, pada pertemuan pertama dokter memvonis saya PCOS karena telur saya kecil-kecil dan disarankan untuk langsung Laparoscopy untuk memperbaiki sumbatan dan menganalisa apakah ada problem yang lain. Namun karena pertimbangan biaya, saya dan suami memutuskan untuk tidak melakukannya.
Selama di RSPI saya berganti 2 dokter lagi, yaitu Dr.H. Djoko Sekti Wibisono, Sp. OG-KFER dan terakhir DR. Dr. Budi Wiweko, Sp. OG-KFER dan Beliau menyarankan untuk Inseminasi atau Bayi Tabung aja sekalian. Namun, karena RSPI belum ada layanan inseminasi / bayi tabung, maka saya mulai mencari rumah sakit lain yang bisa inseminasi / bayi tabung dengan biaya terjangkau.

3. Tahun 2014:
Pilihan jatuh di RSU Bunda Menteng dengan Dr. Sita Ayu Arumi, SpOG. Banyak yang tanya kenapa saya pilih Dr. Sita dan tidak mencari dokter K.FER sekalian saja kalau mau program? Jawabannya adalah ketika saya daftar melalui telpon pertama kali sebagai pasien baru dan pilih Dr.... SpOG-KFER sedang keluar negeri dan disarankan mas-mas call center untuk ke Dr. Sita dulu. Dan kedua, setelah ketemu Dr. Sita ternyata beliau bisa menjelaskan dengan rinci apa yang saya alami dan treatmentnya, bisa nanya banyak hal yang saya ngga ngerti, ngga antri panjang dan nyaman kalo berkeluh kesah. 
Berbekal hasil tes dari Hermina dan USG Transvaginal, Beliau bilang saya PCOS dan ada Multiplepolyp dirahim. 
Oia saya konsul dengan Dr. Sita selalu di RSU Bunda, tapi kalau ada tindakan seperti Laparoscopy, melahirkan, dll dilakukannya di RSIA Bunda (Seberang RSU). Sayangnya, untuk administrasi mereka masih belum nge-link antara RSU, RSIA maupun Morula.

4.  Tahun 2015 akhir:
September 2015, tiba-tiba haid saya seperti ngga berhenti. Pada hari-hari tertentu darah yang keluar hanya flek dan puncaknya keluar darah yang cukup banyak sehingga saya dan bojo memutuskan untuk ke Hermina Bekasi karena posisi kami pada saat itu sedang di Bekasi. Disana saya disarankan untuk USG 3D, dan baper banget karena harus antri dengan Ibu-ibu hamil. Alasan Bapernya yaitu mereka cemas karena bahagia tapi saya cemas karena takut ada apa-apa. 

Setelah itu kami balik konsul lagi dengan Dr. Sita, disinyalir polyp itulah yang menyebabkan pendarahan tersebut dan disarankan untuk Laparoscopy. Saat itu saya bener-bener sedih dan bingung... karena berpikir "yaaaah.. kok ujung-ujungnya Laparoscopy juga" apalagi berhubungan dengan biaya yang engga sedikit. 

Untungnya nih… kantor saya pada saat itu punya asuransi karyawan, yah walaupun saya tau bahwa asuransi manapun tidak ada yang mengcover promil kan.. lalu saya cerita sama Dr. Sita dan Beliau bilang bahwa LO saya bukan untuk promil tapi karena ada masalah medis yang jelas (pendarahan) dan bisa dibuktikan. 
DAN ALHAMDULILLAH DI APPROVED SAMA ASURANSINYA (Thanks God πŸ™πŸ™πŸ™)

Kemungkinan terburuk saat itu adalah salah satu tuba saya (atau keduanya) bisa saja diangkat jika ditemukan sesuatu yang “tidak normal / tuba saya ada yang tidak berfungsi” dengan persetujuan keluarga terlebih dahulu.

FYI, Harga Kamar Perawatan Dewasa di RSIA Bunda:

Kelas Kamar
Tarif
1
Kelas CDC
Rp. 2.500.000/ hari
2
Kelas Perdana
Rp. 1.600.000/ hari
3
Kelas Utama
Rp. 1.100.000/hari
4
Kelas Dua
Rp. 550.000/ hari
5
Kelas Tiga
Rp. 300.000/ hari
Tapi untuk LO ada harga paketnya sendiri ya.. Sayangnya saya lupa foto harga paketnya.

And finally... January 2016 saya mantap melakukan LO. (Selesai juga mukadimah nya)

Operasi Laparoscopy atau biasa disingkat dengan LO adalah sebuah tindakan medis untuk meneropong dan memperbaiki organ yang mengalami masalah, pada kasus saya masalahnya di seputar rahim, indung telur, dan tuba serta melihat hal-hal yang tidak bisa terlihat pada saat USG.

Sebetulnya, tindakan ini semacam operasi ringan yang memerlukan 3-4 lubang pada bagian pusar dan sekitar perut, sebagai sarana untuk memasukkan alat teropong semacam kamera kecil dan alat lain untuk menunjang jalannya operasi. Walaupun Operasi ringan, tapi dilakukan dengan full anastesi. Proses penyembuhannya jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi besar. Luka Operasinya Cuma ada 4 goresan di Bawah Perut, perut samping kanan & kiri, serta pusar untuk memasukan kameranya sebesar 1 ruas jari. 

Ketika di LO, ada kamera kecil yang fungsinya untuk membantu dokter melihat yang ada didalam bagian tubuh pasien dan hasilnya di rekam dalam sebuah CD. CD tersebut bisa kita bawa pulang dan kita tonton loh… Persis seperti yang bisa kita lihat di youtube. 

Saya masuk RSIA Bunda hari Kamis Sore, berangkat sendirian dengan menggunakan taxi dengan kondisi segar bugar, cerah ceria, tapi sedikit keki karena Bojo ngga bisa cuti. Setelah “Check in” rawat inap, saya masuk kekamar perawatan, lalu bingung mau ngapain. Dan…… saya dipersilahkan untuk jalan-jalan ke GI mall aja dulu kata susternya hahaaaaaaaa..... eh tapi saya males jalan sore-sore karena macica bow… Jadinya nitip pesen Bubur Ayam Parkiran (tanpa ayam) deh ama bojo.

Persiapan Sebelum LO?
Oia.. pasti pada nanya kan… apa aja persiapan kita sebelum LO… iya kaaan.. ngaku hayoooo ngaku….

Jadi, persiapannya dalam kasus saya yaitu:
1. Bawa pembalut meski kudu Make sure tidak sedang periode haid karena yang mau dicari adalah bagian mana yang menyebabkan pendarahan.

2.  Makan makanan yang tidak mengandung serat seperti buah, sayur, daging, ayam, dll. Yang masih boleh itu antara lain telur, ikan, bubur nasi, roti tawar, regal, etc
  
3. Karena Operasi saya dijadwalkan Jam 6 Pagi, maka diwajibkan puasa dimulai dari jam 9 atau 10 malem. Setelah puasa, sekitar jam 11 malem, saya diberikan Obat Pencahar yang dimasukin lewat (maaf) An*s. Beberapa menit setelah itu, efeknya langsung W O W!!! BEKERJA!!! Yang harusnya ditahan beberapa menit, saya mah langsung aja Blassssss lari ke toilet.

Pas Jum’at Subuh saya dibangunin, lalu mandi, sholat, dan sedikit bersolek (pake bedak, eye liner, alis dan lipensetip tipis-tipis) -masih sempet ya sis- dan Suster datang bawa suntikan untuk Skin Test (antibiotic yang disuntikan dibawah jaringan kulit) dilengan kiri saya lalu diberi bulatan disekitar lokasi skin test tersebut pakai pulpen sebagai penanda. Kalau ada ruam merah melewati lingkaran dan terasa gatal, kemungkinan kita alergi dan harus di test ulang. Sakitnya mayan deh.. tapi ga sakit-sakit amat…

Jam ½ 6 pagi saya dibawa ke ruang tunggu Operasi menggunakan kursi roda dan mengenakan kimono operasi, diruang tunggu saya dipasangi infus, dan di cek hasil skin test nya. Hasilnya: Ruam merah melebar dan terasa gatal. Terus di skin test ulang dilengan sebelah kanan. Setelah nunggu beberapa saat lagi… hasilnya masih sama…. Saya alergi πŸ˜‘πŸ˜‘.
Setelah itu, Dr. Sita dipanggil dan memeriksa saya, lalu bilang ke suster untuk ganti obat antibiotic nya dan suster menyuntikan ulang kembali dilengan kiri saya walaupun dititik yang berbeda. Sebelumnya tadi saya bilang ngga sakit-sakit amat kan… nah yang kali ini baru deh terasa sakit. Hasilnya: Aman… dan LO bisa dilaksanakan.
(Catatan: jangan lupa Tanya ke Suster / dokter merk antibiotic yang digunakan ya mak… apalagi jika ada alergi kaya saya, karena berdasarkan pengalaman saya sampai sekarang, kalau dateng kedokter yang berbeda suka ditanya ada alergi obat apa aja, jadi kita udah tau jawabannya dan menjadi catatan khusus para dokter tsb)

Jam 7 pagi saya masuk ruang operasi yang sesungguhnya dengan perasaan deg-degan dan kedinginan. Disana udah ada Dr. Sita, Dr. Nando & Dr. Said Latief. Lalu diminta berbaring dengan kaki “mengangkang” dimeja Operasi (sepertinya sama dg meja untuk Sc deh) dan ternyata mejanya hangat. Terlebih lagi Dr. Said langsung ngajakin saya ngobrol dan………….. saya ngga ngerasain apa-apa lagi.

Ketika saya buka mata dan didepan saya sudah ada bojo senyum-senyum dan bilang “sayang… hasilnya bagus, tuba kamu aman” lalu saya tidur lagi….   
Pas buka mata lagi, ada Mama mertua dan Icha (adiknya suami) senyum-senyum juga, saya lupa mereka bilang apa… lalu saya tidur lagi…. 

Saya sadar sepenuhnya itu ketika saya sudah dikamar perawatan lalu diangkat & dipindahin dari kasur dorong ke kasur kamar. Uohhhhh rasanya ngilu dan ada darah mengalir… tapi ngga kenapa-napa sih.. itu aman, seperti orang abis lahiran dan nifas tapi dengan jumlah darah yang lebih sedikit dan untuk pipis pakai kateter.

Beberapa jam setelah itu Dokter Jaga datang dan Beliau memeriksa pergerakan usus saya sudah kembali bekerja atau belum, daaan dia sudah kembali bekerja (saya lapar) jadi udah bisa makan dan ngga perlu nunggu kentut lagi. Makannya juga ngga ada pantangan. Ngga ada mual, ngga ada pusing.. Alhamdulillah semua aman 😊  

Tapi memang ada sebagian orang yang kemungkinan akan merasakan pusing dan mual setelah LO. Kalau mengalami ini, bisa langsung komunikasikan ke dokter anda ya.

Kebetulan, saya anaknya agak nakal… karena bosen tiduran, saya minta bojo untuk merubah posisi kasurnya menjadi posisi duduk (jangan ditiru ya Mak).

Sekitar jam 11 malem pas suster kontrol, saya minta buka infus karena ngga nyaman dan di approved dokter πŸ™ lalu tidur nyaman tanpa infus hahaaa

Sabtu pagi, dokter jaga dateng lagi dan bisa lepas kateter. Kemudian saya diminta belajar bangun (padahal dr sebelumnya udah belajar) dan jalan. Setelah dari kamar mandi bersih-bersih dan pakai pembalut, saya minta dianterin bojo jalan-jalan keliling RS dan nemenin dia makan baso di cafΓ© bawah. Lalu… saya minta pulang & di approve dokter.

Jam 11 siang bojo kebawah ngurus admin, jam 2 siang kami pun siap pulang kerumah mama mertua biar ada yang nemenin.

Jadi, perawatan dirumah sakit cukup 3 hari saja, infus & kateter pun hanya dipakai 1 hari saja. 

Total biayanya kurang lebih Rp.43.000.000 yang dibayarkan asuransi, ekses Rp. 200.000 (yang harus kami bayar sendiri) untuk cetak report dan CD.

Apa yang dirasain setelah LO… biasa aja sih, Cuma ngilu-ngilu aja, wajar kan masih ada lukanya. Luka hati ama mantan yang udah beberapa taun ilang aja kadang-kadang masih berasa ngilu… eaaaaaaaa

Saya diberikan surat ijin dokter 2 minggu untuk bedrest dirumah, tapi belum sampai 1 minggu tepatnya hari kamisnya saya bosan, ngga bisa diem, udah gitu ngga pake korset.

Pergilah saya ke supermarket sendirian terus masak dirumah. Habis masak, makan, lalu cuci piring. Terus saya mandi, eh perbannya kelepas πŸ˜›. Setelah nanya Dr. Sita lewat Whatsapp, Alhamdulillah lukanya baik-baik aja dan bisa kebidan terdekat untuk ganti perban.
(Jangan ditiru ya… ini mah murni karena ketidakbisadieman saya aja. Kalaupun mau beraktivitas jangan lupa pake korset)

Hari Sabtu berikutnya saya control ke dr. Sita untuk periksa hasil operasi dan penjelasan tindakan LO yang dilakukan dari CD dan report dokter. Selain itu, lukanya dibersihin & perban saya diganti.

Berikut gambarannya ketika LO berlangsung (that’s mine.. yeah real mine):





Mohon maaf ya, gambarnya miring-miring, udah diedit sih.. tp ga ngerti kenapa dia tetep kekeh miring πŸ˜‚

Kapan bisa mulai beraktifitas?
Karena saya anaknya sangat rajin sekali (yang mana ini adalah dusta), seninnya saya udah balik kerja lagi loh πŸ˜‚ walo belum bisa jalan kenceng apalagi lari.. tapi udah bisa ketawa sedikit ngakak sama temen-temen kantor dan kayanya mereka kangen sama saya (inipun dusta lagi).. hahaaaaa

Oke.. segini dulu ya postingan saya mengenai “kenapa saya pilih LO….” Semoga dapat membantu temen-temen yang mungkin mengalami hal, kebimbangan, keraguan, kegalauan, ketakutan, insecure yang pernah saya alami dan butuh referensi.

Saya Cuma bisa bilang… JANGAN TAKUT!!! KALAHKAN POLYP, KALAHKAN ENDOMETRIOSIS, KALAHKAN MIOM, DAN KALAHKAN YANG HARUS DIKALAHKAN… MENGENAI HASIL, SERAHIN DAN PERCAYAKAN SEMUA PADA ALLAH TUHAN SEMESTA ALAM

Tambahan:
Beberapa bulan kemudian…. July 2016… saya ngga sadar kalo selama June 2016 saya ngga haid.. lalu saya periksa ke dr. Sita, dan hasilnya… kantung Rahim saya sudah terbentuk walaupun belum ada janinnya. Saya diberikan Dupaston (penguat janin) dan beberapa obat lainnya. Beliau bilang untuk balik lagi 14 hari kemudian (bagi TTC genk.. Biasa disebut TWW -two weeks wait-) kalo belum keluar haid, kemungkinan janin sudah ada. Keluar dari ruang dokter, saya bahagia luar biasa… karena 4 tahun masa pernikahan, belum pernah 1 kalipun kantung Rahim saya siap menampung calon bayi kami.

Tapi… di hari ke 12…. Keluar flek…
Hari ke 13.. keluar darah banyaaaaaaak banget.. dan saya kedokter.. saya pulang dengan membawa obat pelancar haid 😒😒😒 

4 komentar:

  1. Jangan sedih ya Mpi. . Semangat, gue ngerti ada di posisi lo, gue jg nungguin Naqib lama walaupun cma 2 thn tapi bagi gue itu jg perjuangan T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya manda.. Iya ini semangat terus. Semoga Allah SWT memberikan kado terindah pada saat yang tepat 😊

      Hapus
  2. Semangat ya mpie. Semangat... πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yun.. Makasih.. Semangat 100% ini πŸ˜€

      Hapus