Hi, Assalamualaikum Mak-mak
Strong…
Pada post kali ini saya
akan menceritakan Operasi/ Bedah laparoskopi (LO) yang pernah saya jalani pada
January 2016 yang lalu. It’s gonna be a long post. Here we go again.
Mukadimah:
Jadi, sebetulnya dalam hal promil ini saya sudah berkali-kali
ganti Dokter dan Rumah Sakit. Tapi karena Program Hamil saya timbul tenggelam
semangatnya (plisss jangan dicontoh ya Mak), jadi untuk saat ini, saya kasih
rangkumannya dulu yah:
1. Tahun 2012:
Konsul di Hermina Bekasi,
disana saya tes darah lengkap dan Histerosalpingografi (HSG), dan hasilnya
adalah Hormon Prolaktin saya tinggi 36.09, Tuba Kanan saya Non Paten.
2. Tahun 2013 - 2014:
Saya pindah konsul ke RSPI
dg Dr. Soemanadi, SpOG. Berbekal hasil tes sebelumnya dari Hermina dan USG
Transvaginal dari Beliau saat itu, pada pertemuan pertama dokter memvonis saya
PCOS karena telur saya kecil-kecil dan disarankan untuk langsung Laparoscopy untuk memperbaiki sumbatan dan menganalisa apakah ada problem yang lain.
Namun karena pertimbangan biaya, saya dan suami memutuskan untuk tidak
melakukannya.
Selama di RSPI saya
berganti 2 dokter lagi, yaitu Dr.H. Djoko Sekti Wibisono, Sp. OG-KFER dan
terakhir DR. Dr. Budi Wiweko, Sp.
OG-KFER dan Beliau menyarankan untuk Inseminasi atau Bayi Tabung aja sekalian.
Namun, karena RSPI belum ada layanan inseminasi / bayi tabung, maka saya mulai
mencari rumah sakit lain yang bisa inseminasi / bayi tabung dengan biaya
terjangkau.
3. Tahun 2014:
Pilihan jatuh di RSU Bunda
Menteng dengan Dr. Sita Ayu Arumi, SpOG. Banyak yang tanya kenapa saya pilih
Dr. Sita dan tidak mencari dokter K.FER sekalian saja kalau mau program?
Jawabannya adalah ketika saya daftar melalui telpon pertama kali sebagai pasien
baru dan pilih Dr.... SpOG-KFER sedang keluar negeri dan disarankan mas-mas call
center untuk ke Dr. Sita dulu. Dan kedua, setelah ketemu Dr. Sita ternyata
beliau bisa menjelaskan dengan rinci apa yang saya alami dan treatmentnya, bisa
nanya banyak hal yang saya ngga ngerti, ngga antri panjang dan nyaman kalo
berkeluh kesah.
Berbekal hasil tes dari Hermina dan USG Transvaginal, Beliau
bilang saya PCOS dan ada Multiplepolyp dirahim.
Oia saya konsul dengan Dr.
Sita selalu di RSU Bunda, tapi kalau ada tindakan seperti Laparoscopy,
melahirkan, dll dilakukannya di RSIA Bunda (Seberang RSU). Sayangnya, untuk
administrasi mereka masih belum nge-link antara RSU, RSIA maupun Morula.
4. Tahun 2015 akhir:
September 2015, tiba-tiba
haid saya seperti ngga berhenti. Pada hari-hari tertentu darah yang keluar
hanya flek dan puncaknya keluar darah yang cukup banyak sehingga saya dan bojo
memutuskan untuk ke Hermina Bekasi karena posisi kami pada saat itu sedang di
Bekasi. Disana saya disarankan untuk USG 3D, dan baper banget karena harus
antri dengan Ibu-ibu hamil. Alasan Bapernya yaitu mereka cemas karena bahagia tapi saya
cemas karena takut ada apa-apa.
Setelah itu kami balik
konsul lagi dengan Dr. Sita, disinyalir polyp itulah yang menyebabkan pendarahan tersebut dan disarankan untuk Laparoscopy. Saat itu saya
bener-bener sedih dan bingung... karena berpikir "yaaaah.. kok
ujung-ujungnya Laparoscopy juga" apalagi berhubungan dengan biaya yang
engga sedikit.
Untungnya nih… kantor saya pada saat itu punya asuransi karyawan, yah walaupun saya tau bahwa asuransi manapun tidak ada yang mengcover promil kan.. lalu saya cerita sama Dr. Sita dan Beliau bilang bahwa LO saya bukan untuk promil tapi karena ada masalah medis yang jelas (pendarahan) dan bisa dibuktikan.
DAN ALHAMDULILLAH DI APPROVED
SAMA ASURANSINYA (Thanks God πππ)
Kemungkinan terburuk saat
itu adalah salah satu tuba saya (atau keduanya) bisa saja diangkat jika
ditemukan sesuatu yang “tidak normal / tuba saya ada yang tidak berfungsi”
dengan persetujuan keluarga terlebih dahulu.
FYI, Harga Kamar Perawatan
Dewasa di RSIA Bunda:
Kelas
Kamar
|
Tarif
|
|
1
|
Kelas CDC
|
Rp.
2.500.000/ hari
|
2
|
Kelas Perdana
|
Rp.
1.600.000/ hari
|
3
|
Kelas Utama
|
Rp.
1.100.000/hari
|
4
|
Kelas Dua
|
Rp.
550.000/ hari
|
5
|
Kelas Tiga
|
Rp.
300.000/ hari
|
Tapi untuk LO ada harga
paketnya sendiri ya.. Sayangnya saya lupa foto harga paketnya.
And
finally... January 2016 saya mantap melakukan LO. (Selesai juga mukadimah nya)
Operasi Laparoscopy atau
biasa disingkat dengan LO adalah sebuah tindakan medis untuk meneropong dan
memperbaiki organ yang mengalami masalah, pada kasus saya masalahnya di seputar
rahim, indung telur, dan tuba serta melihat hal-hal yang tidak bisa terlihat
pada saat USG.
Sebetulnya, tindakan ini
semacam operasi ringan yang memerlukan 3-4 lubang pada bagian pusar dan sekitar
perut, sebagai sarana untuk memasukkan alat teropong semacam kamera kecil dan
alat lain untuk menunjang jalannya operasi. Walaupun Operasi ringan, tapi
dilakukan dengan full anastesi. Proses penyembuhannya jauh lebih cepat
dibandingkan dengan operasi besar. Luka Operasinya Cuma ada 4 goresan di Bawah
Perut, perut samping kanan & kiri, serta pusar untuk memasukan kameranya
sebesar 1 ruas jari.
Ketika
di LO, ada kamera kecil yang fungsinya untuk membantu dokter melihat yang ada
didalam bagian tubuh pasien dan hasilnya di rekam dalam sebuah CD. CD tersebut
bisa kita bawa pulang dan kita tonton loh… Persis seperti yang bisa kita lihat
di youtube.
Saya masuk RSIA Bunda hari
Kamis Sore, berangkat sendirian dengan menggunakan taxi dengan kondisi segar
bugar, cerah ceria, tapi sedikit keki karena Bojo ngga bisa cuti. Setelah “Check
in” rawat inap, saya masuk kekamar perawatan, lalu bingung mau ngapain. Dan…… saya
dipersilahkan untuk jalan-jalan ke GI mall aja dulu kata susternya hahaaaaaaaa.....
eh tapi saya males jalan sore-sore karena macica bow… Jadinya nitip pesen Bubur
Ayam Parkiran (tanpa ayam) deh ama bojo.
Persiapan Sebelum LO?
Oia.. pasti pada nanya kan…
apa aja persiapan kita sebelum LO… iya kaaan.. ngaku hayoooo ngaku….
Jadi, persiapannya dalam
kasus saya yaitu:
1. Bawa
pembalut meski kudu Make sure tidak
sedang periode haid karena yang mau dicari adalah bagian mana yang menyebabkan
pendarahan.
3. Karena Operasi
saya dijadwalkan Jam 6 Pagi, maka diwajibkan puasa dimulai dari jam 9 atau 10
malem. Setelah puasa, sekitar jam 11 malem, saya diberikan Obat Pencahar yang
dimasukin lewat (maaf) An*s. Beberapa menit setelah itu, efeknya langsung W O
W!!! BEKERJA!!! Yang harusnya ditahan
beberapa menit, saya mah langsung aja Blassssss lari ke toilet.
Pas Jum’at Subuh saya
dibangunin, lalu mandi, sholat, dan sedikit bersolek (pake bedak, eye liner,
alis dan lipensetip tipis-tipis) -masih sempet ya sis- dan Suster datang bawa suntikan untuk Skin Test (antibiotic yang disuntikan
dibawah jaringan kulit) dilengan kiri
saya lalu diberi bulatan disekitar lokasi skin
test tersebut pakai pulpen sebagai penanda. Kalau ada ruam merah melewati lingkaran
dan terasa gatal, kemungkinan kita alergi dan harus di test ulang. Sakitnya mayan
deh.. tapi ga sakit-sakit amat…
Jam ½ 6 pagi saya dibawa
ke ruang tunggu Operasi menggunakan kursi roda dan mengenakan kimono operasi, diruang
tunggu saya dipasangi infus, dan di cek hasil skin test nya. Hasilnya: Ruam merah melebar dan terasa gatal. Terus
di skin test ulang dilengan sebelah kanan. Setelah nunggu beberapa saat lagi…
hasilnya masih sama…. Saya alergi ππ.
Setelah itu, Dr. Sita dipanggil dan
memeriksa saya, lalu bilang ke suster untuk ganti obat antibiotic nya dan
suster menyuntikan ulang kembali dilengan kiri saya walaupun dititik yang
berbeda. Sebelumnya tadi saya bilang ngga sakit-sakit amat kan… nah yang kali
ini baru deh terasa sakit. Hasilnya: Aman… dan LO bisa dilaksanakan.
(Catatan: jangan lupa Tanya
ke Suster / dokter merk antibiotic yang digunakan ya mak… apalagi jika ada
alergi kaya saya, karena berdasarkan pengalaman saya sampai sekarang, kalau
dateng kedokter yang berbeda suka ditanya ada alergi obat apa aja, jadi kita
udah tau jawabannya dan menjadi catatan khusus para dokter tsb)
Jam 7 pagi saya masuk ruang
operasi yang sesungguhnya dengan perasaan deg-degan dan kedinginan. Disana udah
ada Dr. Sita, Dr. Nando & Dr. Said Latief. Lalu diminta berbaring dengan
kaki “mengangkang” dimeja Operasi (sepertinya sama dg meja untuk Sc deh) dan
ternyata mejanya hangat. Terlebih lagi Dr. Said langsung ngajakin saya ngobrol
dan………….. saya ngga ngerasain apa-apa lagi.
Ketika saya buka mata dan
didepan saya sudah ada bojo senyum-senyum dan bilang “sayang… hasilnya bagus,
tuba kamu aman” lalu saya tidur lagi….
Pas buka mata lagi, ada
Mama mertua dan Icha (adiknya suami) senyum-senyum juga, saya lupa mereka
bilang apa… lalu saya tidur lagi….
Saya sadar sepenuhnya itu ketika saya sudah dikamar perawatan lalu diangkat & dipindahin
dari kasur dorong ke kasur kamar. Uohhhhh rasanya ngilu dan ada darah mengalir…
tapi ngga kenapa-napa sih.. itu aman, seperti orang abis lahiran dan nifas tapi
dengan jumlah darah yang lebih sedikit dan untuk pipis pakai kateter.
Beberapa jam setelah itu Dokter Jaga datang dan Beliau memeriksa pergerakan usus saya sudah kembali bekerja atau belum, daaan dia sudah kembali bekerja (saya lapar) jadi udah bisa makan dan ngga perlu nunggu
kentut lagi. Makannya juga ngga ada pantangan. Ngga ada mual, ngga ada pusing..
Alhamdulillah semua aman π
Tapi memang ada sebagian orang yang kemungkinan akan merasakan pusing dan mual setelah LO. Kalau mengalami ini, bisa langsung komunikasikan ke dokter anda ya.
Kebetulan, saya anaknya agak nakal… karena bosen tiduran, saya minta bojo untuk merubah posisi kasurnya menjadi posisi duduk (jangan ditiru ya Mak).
Sekitar jam 11 malem pas
suster kontrol, saya minta buka infus karena ngga nyaman dan di approved dokter π lalu tidur
nyaman tanpa infus hahaaa
Sabtu pagi, dokter jaga
dateng lagi dan bisa lepas kateter. Kemudian saya diminta belajar bangun (padahal
dr sebelumnya udah belajar) dan jalan. Setelah dari kamar mandi bersih-bersih
dan pakai pembalut, saya minta dianterin bojo jalan-jalan keliling RS dan
nemenin dia makan baso di cafΓ© bawah. Lalu… saya minta pulang & di approve dokter.
Jam 11 siang bojo kebawah
ngurus admin, jam 2 siang kami pun siap pulang kerumah mama mertua biar ada
yang nemenin.
Jadi, perawatan dirumah sakit cukup 3 hari
saja, infus & kateter pun hanya dipakai 1 hari saja.
Total biayanya kurang lebih Rp.43.000.000 yang dibayarkan asuransi, ekses Rp. 200.000 (yang harus kami bayar sendiri) untuk cetak report dan CD.
Total biayanya kurang lebih Rp.43.000.000 yang dibayarkan asuransi, ekses Rp. 200.000 (yang harus kami bayar sendiri) untuk cetak report dan CD.
Apa yang dirasain setelah
LO… biasa aja sih, Cuma ngilu-ngilu aja, wajar kan masih ada lukanya. Luka hati
ama mantan yang udah beberapa taun ilang aja kadang-kadang masih berasa ngilu…
eaaaaaaaa
Saya diberikan surat ijin
dokter 2 minggu untuk bedrest dirumah, tapi belum sampai 1 minggu tepatnya hari
kamisnya saya bosan, ngga bisa diem, udah gitu ngga pake korset.
Pergilah saya ke supermarket sendirian terus masak dirumah. Habis masak, makan, lalu cuci piring. Terus saya
mandi, eh perbannya kelepas π. Setelah nanya Dr. Sita lewat Whatsapp, Alhamdulillah lukanya baik-baik aja dan bisa
kebidan terdekat untuk ganti perban.
(Jangan ditiru ya… ini mah
murni karena ketidakbisadieman saya aja. Kalaupun mau beraktivitas jangan lupa
pake korset)
Hari Sabtu berikutnya saya
control ke dr. Sita untuk periksa hasil operasi dan penjelasan tindakan LO yang
dilakukan dari CD dan report dokter. Selain itu, lukanya dibersihin & perban
saya diganti.
Berikut gambarannya ketika LO berlangsung (that’s
mine.. yeah real mine):
Mohon maaf ya, gambarnya miring-miring, udah diedit sih.. tp ga ngerti kenapa dia tetep kekeh miring π |
Kapan bisa mulai beraktifitas?
Karena saya anaknya sangat
rajin sekali (yang mana ini adalah dusta), seninnya saya udah balik kerja lagi
loh π walo
belum bisa jalan kenceng apalagi lari.. tapi udah bisa ketawa sedikit ngakak sama
temen-temen kantor dan kayanya mereka kangen sama saya (inipun dusta lagi).. hahaaaaa
Oke.. segini dulu ya
postingan saya mengenai “kenapa saya pilih LO….” Semoga dapat membantu
temen-temen yang mungkin mengalami hal, kebimbangan, keraguan, kegalauan,
ketakutan, insecure yang pernah saya alami dan butuh referensi.
Saya Cuma bisa bilang…
JANGAN TAKUT!!! KALAHKAN POLYP, KALAHKAN ENDOMETRIOSIS, KALAHKAN MIOM, DAN
KALAHKAN YANG HARUS DIKALAHKAN… MENGENAI HASIL, SERAHIN DAN PERCAYAKAN SEMUA
PADA ALLAH TUHAN SEMESTA ALAM
Tambahan:
Beberapa bulan kemudian…. July
2016… saya ngga sadar kalo selama June 2016 saya ngga haid.. lalu saya periksa ke
dr. Sita, dan hasilnya… kantung Rahim saya sudah terbentuk walaupun belum ada
janinnya. Saya diberikan Dupaston (penguat janin) dan beberapa obat lainnya. Beliau
bilang untuk balik lagi 14 hari kemudian (bagi TTC genk.. Biasa disebut TWW -two weeks wait-) kalo belum keluar haid, kemungkinan
janin sudah ada. Keluar dari ruang dokter, saya bahagia luar biasa… karena 4
tahun masa pernikahan, belum pernah 1 kalipun kantung Rahim saya siap menampung
calon bayi kami.
Tapi… di hari ke 12…. Keluar
flek…
Hari ke 13.. keluar darah
banyaaaaaaak banget.. dan saya kedokter.. saya pulang dengan membawa obat pelancar haid π’π’π’
Jangan sedih ya Mpi. . Semangat, gue ngerti ada di posisi lo, gue jg nungguin Naqib lama walaupun cma 2 thn tapi bagi gue itu jg perjuangan T_T
BalasHapusMakasih ya manda.. Iya ini semangat terus. Semoga Allah SWT memberikan kado terindah pada saat yang tepat π
HapusSemangat ya mpie. Semangat... πͺπͺπͺ
BalasHapusIya yun.. Makasih.. Semangat 100% ini π
Hapus